Selasa, 14 Oktober 2014

Ucapan dan Ejaan

Ucapan
Bahasa merupakan suatu alat bagi manusia untuk saling berkomunikasi. Indonesia merupakan Negara yang memiliki bahasa daerah yang beragam yang menyebabkan pengucapan dari tiap-tiap daerah itu pun berbeda, akan tetapi bangsa Indonesia dalam komunikasinya dipersatukan dalam suatu bahasa yaitu bahasa Indonesia.
Ejaan
Ejaan merupakan penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dsb) dengan kaidah tulisan (huruf) yang distandardisasikan dan memiliki makna. Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan van Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh van Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma'moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan menggantikan ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan Republik. Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail, Ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972.  Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Penulisan Huruf
1.      Penulisan Huruf Kapital
-          Digunakan pada awal tulisan, kalimat maupun paragraph baru.
-          Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama yang berhubungan dengan nama Tuhan maupun kitab suci.
Contoh: Hanya pada-Mu lah kami meminta
-          Untuk nama diri, gelar kehormatan, keturunan, keagamaan
Contoh: Diah Fajar Pratiwi, Sultan Hasanudin, Haji Agus Salim
-          Nama Jabatan yang dikaitkan dengan instansi atau nama daerah
Contoh: Rektor Universitas Gunadarma
-          Nama lembaga
Contoh: Departemen Pertanian Republik Indonesia
-          Kata Anda sebagai kata ganti sapaan
Contoh: Seharusnya Anda memperhatikan dosen yang sedang mengajar.

2.      Huruf Tebal dan Huruf Miring
-          Lembaga, judul buku atau karangan kata-katanya diawali dengan huruf capital yang ditulis dengan huruf tebal. Apabila judul buku ditulis dengan tangan harus diberi garis bawah.
Contoh: Cara Cepat Belajar Bahasa Indonesia
-          Judul naskah yang belum diterbitkan seperti naskah skripsi, tesis cukup ditulis dalam tanda petik (“___”)
Contoh: “Ejaan yang benar dalam bahasa Indonesia”.
Jika dicetak ditulis dengan huruf miring
Contoh: “Ejaan yang benar dalam bahasa Indonesia”.
-          Menegaskan atau mengkhususkan kata
Contoh: Mereka tidak mencuri tetapi dicuri.
-          Untuk nama ilmiah maupun ungkapan asing
Contoh: Nama ilmiah dari padi yaitu oryza sativa

3.      Penulisan Partikel dan Awalan
Kata atau awalan yang harus ditulis serangkai yaitu:
-          adi- misalnya pada adidaya, adikuasa, adimarga, adibusana
-          awa- pada awabau, awaair, awawarna, awasuara. Awalan awa- ini digunakan untuk mengindonesiakan
-          de- pada kata-kata pinjaman dari bahasa Inggris dan belanda seperti deodorant, dehidrasi, devoiceyang artinya ‘penghilangan’ atau ‘alat’ untuk menghilangkan’
-          mala- seperti padamalabentuk, malapraktik, malagizi.
-          Kata antara ditulis terpisah, tetapi antar- ditulis serangkai.
Contoh: antarkota, antarpulau, antarnegara, antarbangsa.
-          Kata maha apabila dirangkai dengan kata dasar ditulis serangkai.
Contoh: mahasiswa, mahaguru, Mahakuasa, Mahaadil.
-          Tetapi apabila dirangkai dengan kata bentukan tidak dirangkaikan.
Contoh: Maha Pemurah, Maha Mengetahui, Maha Pengampun. Yang dikecualikan dari ketentuan di atas ialah kata Maha Esa
-          pra-, pasca-, pramu-, purna-, tuna-.
Contoh: prasejarah, pascasarjana, pascapanen, pramuwisata, pramuria, purnawaktu, purnawirawan, swadaya, swalayan, swasembada, tunakarya, tunasusila, tunarungu.
-          Kata-kata seperti anti-, non-, sub-, poli-. ultra-, supra-, Juga ditulis serangkai dengan kata mengikuti.
Contoh: antikomunis, nongelar, subunit, politeknik, ultramodern, supranatural.
-          gabungan dua kata yang diapit oleh awalan dan akhiran juga ditulis serangkai. Contoh: pertanggungjawaban, ketidakhadiran, dan menandatangani.
-          Kata-kata yang harus ditulis serangkai ialah: padahal, daripada, barangkali, sekaligus, apabila, bilamana, jikalau, andaikata, manakala.
Penulisan Bilangan
Bilangan menunjukkan tahun, jam tanggal, nomor, nominal, dan sebagainya ditulis dengan angka maupun huruf.
-          Bilangan yang menunjukkan jumlah ditulis dengan huruf seperti “ dua juta rupiah “
-          Bilangan yang dapat dinyatakan dengan huruf, angka, atau huruf dan angka.
Contoh : abad kedua puluh satu, abad ke-21, atau abad XXI.
Tanda Baca
Ada beberapa tanda baca/pungtuasi seperti titik (.), Koma (,), titik koma (;), titik dua (:) dan petik (“…”).
Titik (.)
Selain untuk menandai berakhirnya suatu kalimat, titik juga dipakai untuk nomor bab, alamat surat singkatan, ukuran, timbanga, serta daftar pustaka.
Contoh:
Dr. Dharma Tintri, Izzati Amperaningrum SE. MM
Alisyahbana, Sutan Takdir. 1949. Tata Bahasa Baru Indonesia.Jakarta:Pustaka Rakyat.    
Tanda Koma (,)
Koma digunakan sebagai jeda dalam suatu kalimat, membatasi komponen, membatasi nama dan gelar yang terletak dibelakang nama, jumlah rupiah, dll.
Contoh : - Diah Fajar Pratiwi, S.T., MM.
                 Rp.1.950,50
Titik Koma (;)
Tanda titik koma digunakan untuk Sebagai pembatas kalimat dari surat keputusan. Juga untuk memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara, contoh : Semua mahasiswa diperlakukan sama; tidak ada mahasiswa yang dianakemaskan.
Sebagai pembatas komponen, contoh: Di toko swalayan itu Amin membeli kemeja, sepatu, sapu tangan,dan kaos kaki; Ali membeli ikat pinggang, topi, dasi dan kacamata; sedang Amat membeli buku tulis, pulpen, penggaris, dan minyak rambut.
Titik Dua (:)
Tanda titik dua dipakai akhir suatu pernyataan yang lengkap dan diikuti oleh rangkaian atau perincian Contoh : Fakultas Komunikasi Universitas Gunadarma mempunyai dua jurusan: Jurusan Teknik Siaran Radio Televisi dan Jurusan PR. Contoh: Ekonomi dan Koperasi: Suatu Pengantar Singkat (Ramlan, 1982 :12)


 sumber: buku bahasa Indonesia ( Tri Wahyu R N )