Ucapan
Bahasa
merupakan suatu alat bagi manusia untuk saling berkomunikasi. Indonesia
merupakan Negara yang memiliki bahasa daerah yang beragam yang menyebabkan
pengucapan dari tiap-tiap daerah itu pun berbeda, akan tetapi bangsa Indonesia
dalam komunikasinya dipersatukan dalam suatu bahasa yaitu bahasa Indonesia.
Ejaan
Ejaan
merupakan penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dsb) dengan kaidah tulisan
(huruf) yang distandardisasikan dan memiliki makna. Pada tahun 1901 ejaan
bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan van Ophuijsen, ditetapkan.
Ejaan tersebut dirancang oleh van Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi Gelar
Soetan Ma'moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Pada tanggal 19 Maret 1947
ejaan Soewandi diresmikan menggantikan ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh
masyarakat diberi julukan ejaan Republik. Pada akhir 1959 sidang perutusan
Indonesia dan Melayu (Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail, Ketua) menghasilkan
konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian
Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden
No. 57, Tahun 1972. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan
surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Penulisan Huruf
1.
Penulisan
Huruf Kapital
-
Digunakan pada awal tulisan, kalimat
maupun paragraph baru.
-
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama yang berhubungan dengan nama Tuhan maupun kitab suci.
Contoh:
Hanya pada-Mu lah kami meminta
-
Untuk nama diri, gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan
Contoh:
Diah Fajar Pratiwi, Sultan Hasanudin, Haji Agus Salim
-
Nama Jabatan yang dikaitkan dengan
instansi atau nama daerah
Contoh:
Rektor Universitas Gunadarma
-
Nama lembaga
Contoh:
Departemen Pertanian Republik Indonesia
-
Kata Anda sebagai kata ganti sapaan
Contoh:
Seharusnya Anda memperhatikan dosen yang sedang mengajar.
2.
Huruf
Tebal dan Huruf Miring
-
Lembaga, judul buku atau karangan
kata-katanya diawali dengan huruf capital yang ditulis dengan huruf tebal.
Apabila judul buku ditulis dengan tangan harus diberi garis bawah.
Contoh:
Cara Cepat Belajar Bahasa Indonesia
-
Judul naskah yang belum diterbitkan
seperti naskah skripsi, tesis cukup ditulis dalam tanda petik (“___”)
Contoh:
“Ejaan yang benar dalam bahasa Indonesia”.
Jika
dicetak ditulis dengan huruf miring
Contoh:
“Ejaan yang benar dalam bahasa
Indonesia”.
-
Menegaskan atau mengkhususkan kata
Contoh:
Mereka tidak mencuri tetapi dicuri.
-
Untuk nama ilmiah maupun ungkapan asing
Contoh:
Nama ilmiah dari padi yaitu oryza sativa
3. Penulisan Partikel dan Awalan
Kata
atau awalan yang harus ditulis serangkai yaitu:
-
adi- misalnya pada adidaya,
adikuasa, adimarga, adibusana
-
awa- pada awabau, awaair,
awawarna, awasuara. Awalan awa- ini digunakan untuk
mengindonesiakan
-
de- pada kata-kata pinjaman dari bahasa
Inggris dan belanda seperti deodorant, dehidrasi, devoiceyang artinya
‘penghilangan’ atau ‘alat’ untuk menghilangkan’
-
mala- seperti padamalabentuk,
malapraktik, malagizi.
-
Kata antara ditulis terpisah,
tetapi antar- ditulis serangkai.
Contoh: antarkota,
antarpulau, antarnegara, antarbangsa.
-
Kata maha apabila dirangkai dengan kata
dasar ditulis serangkai.
Contoh: mahasiswa,
mahaguru, Mahakuasa, Mahaadil.
-
Tetapi apabila dirangkai dengan kata
bentukan tidak dirangkaikan.
Contoh: Maha
Pemurah, Maha Mengetahui, Maha Pengampun. Yang dikecualikan dari ketentuan di
atas ialah kata Maha Esa
-
pra-, pasca-, pramu-, purna-, tuna-.
Contoh: prasejarah,
pascasarjana, pascapanen, pramuwisata, pramuria, purnawaktu, purnawirawan,
swadaya, swalayan, swasembada, tunakarya, tunasusila, tunarungu.
-
Kata-kata seperti anti-, non-,
sub-, poli-. ultra-, supra-, Juga ditulis serangkai dengan kata mengikuti.
Contoh:
antikomunis, nongelar, subunit, politeknik, ultramodern, supranatural.
-
gabungan dua kata yang diapit oleh
awalan dan akhiran juga ditulis serangkai. Contoh: pertanggungjawaban,
ketidakhadiran, dan menandatangani.
-
Kata-kata yang harus ditulis serangkai
ialah: padahal, daripada, barangkali, sekaligus, apabila, bilamana,
jikalau, andaikata, manakala.
Penulisan Bilangan
Bilangan
menunjukkan tahun, jam tanggal, nomor, nominal, dan sebagainya ditulis dengan
angka maupun huruf.
-
Bilangan yang menunjukkan jumlah ditulis
dengan huruf seperti “ dua juta rupiah “
-
Bilangan yang dapat dinyatakan dengan
huruf, angka, atau huruf dan angka.
Contoh
: abad kedua puluh satu, abad ke-21, atau abad XXI.
Tanda Baca
Ada
beberapa tanda baca/pungtuasi seperti titik (.), Koma (,), titik koma (;),
titik dua (:) dan petik (“…”).
Titik (.)
Selain
untuk menandai berakhirnya suatu kalimat, titik juga dipakai untuk nomor bab,
alamat surat singkatan, ukuran, timbanga, serta daftar pustaka.
Contoh:
Dr.
Dharma Tintri, Izzati Amperaningrum SE. MM
Alisyahbana,
Sutan Takdir. 1949. Tata Bahasa Baru Indonesia.Jakarta:Pustaka Rakyat.
Tanda Koma (,)
Koma
digunakan sebagai jeda dalam suatu kalimat, membatasi komponen, membatasi nama
dan gelar yang terletak dibelakang nama, jumlah rupiah, dll.
Contoh
: - Diah Fajar Pratiwi, S.T., MM.
Rp.1.950,50
Titik Koma (;)
Titik Koma (;)
Tanda
titik koma digunakan untuk Sebagai pembatas kalimat dari surat keputusan. Juga
untuk memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara, contoh : Semua
mahasiswa diperlakukan sama; tidak ada mahasiswa yang dianakemaskan.
Sebagai
pembatas komponen, contoh: Di toko swalayan itu Amin membeli kemeja, sepatu,
sapu tangan,dan kaos kaki; Ali membeli ikat pinggang, topi, dasi dan kacamata;
sedang Amat membeli buku tulis, pulpen, penggaris, dan minyak rambut.
Titik Dua (:)
Tanda
titik dua dipakai akhir suatu pernyataan yang lengkap dan diikuti oleh
rangkaian atau perincian Contoh : Fakultas Komunikasi Universitas Gunadarma
mempunyai dua jurusan: Jurusan Teknik Siaran Radio Televisi dan Jurusan PR. Contoh:
Ekonomi dan Koperasi: Suatu Pengantar Singkat (Ramlan, 1982 :12)
sumber: buku bahasa Indonesia ( Tri Wahyu R N )